FSRD ITB Gelar Simposium Nasional Dorong Ruang Kreatif Inklusif untuk Pendidikan Anak

menggapaiasa.com, BANDUNG –Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Kelompok Keahlian Komunikasi Visual dan Multimedia, Desain Komunikasi Visual, menyelenggarakan Simposium Nasional bertajuk 'Simposium untuk Pendidikan Anak melalui Seni, Desain, dan Literasi 2025'.
Simposium tersebut bertujuan menjawab tantangan dan kebutuhan mendesak akan sistem pendidikan yang lebih adil dan merata.
Kegiatan yang mengusung tema utama 'Menciptakan Ruang Kreatif Inklusif ini dirancang sebagai platform strategis dan komprehensif berbagi pengalaman, gagasan inovatif, dan praktik terbaik dalam pengembangan pendidikan inklusif di Indonesia.
Acara ini akan menjadi wadah pertemuan bagi para akademisi, praktisi, peneliti, pengembang kebijakan, dan pemerhati pendidikan untuk berdiskusi secara mendalam mengenai peran vital seni, desain, dan literasi dalam merancang dan menciptakan lingkungan belajar yang aman, suportif, dan ramah bagi semua anak.
Acara ini menghadirkan tiga pembicara utama yakni Prof. Endang Rochyadi dari Universitas Pendidikan Indonesia, Dr. Riama Maslan Sihombing dari FSRD ITB, serta Dr. Eunice Tan dari Singapore University of Social Science.
Ketiganya memaparkan strategi pembelajaran, perancangan media visual edukatif, dan pendekatan inklusif berbasis kekuatan melalui seni dan ilustrasi.
Ketua Pelaksana Simposium, Wenny Yoselina mengatakan bahwa kegiatan ini diharapkan menjadi titik tolak kolaborasi nasional dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan transformatif.
“Kami percaya seni, desain, dan literasi punya kekuatan besar untuk membuka akses pendidikan yang bermakna bagi setiap anak,” ujar Wenny, dalam keterangannya, Sabtu (19/7/2025).
Simposium juga menampilkan 23 pemakalah dan 21 peserta poster dari berbagai kota di Indonesia serta Malaysia. Beberapa institusi yang turut serta memamerkan karya di antaranya PKBM Puspa Terang Nusantara, Art Therapy Center Widyatama, dan Yayasan Syamsi Duha.
Topik yang dibahas meliputi ilustrasi buku anak, terapi seni, hingga strategi literasi kreatif. Sebagai penutup, digelar konser bertajuk "Story and Musical Performance".
Konser yang dihadiri lebih dari 300 peserta ini menampilkan karya dari buku "Where is My Yellow Paint?" dengan komposer De Silva Alicia Joyce, serta lima musisi neurodivergent dari Joy Ensemble dan lima ilustrator neurodivergent dari Tab Space Studio (2023).
Buku yang merupakan bagian dari Art for Good Grant dari Singapore International Foundation ini diinisiasi oleh Guru Musik Joy Ensemble, Chee Junhong (Singapura); Ilustrator, Wenny Yosselina (Indonesia); dan Terapis Seni, Lim Sue Lyn (Malaysia).
Setelah menampilkan musik dan narasi dari buku tersebut, kedua grup musik membawakan tiga buah lagu istimewa yang diaransemen dan dipersiapkan oleh mereka. Lagu-lagu tersebut berjudul Medley Tokecang–Bubuy Bulan, Top of the World, dan Moon River.
Enam musisi dari Joy Ensemble yang terbang dari Singapura bersama keluarga mereka untuk menginspirasi sekolah disabilitas di Bandung adalah: Lawrence Gabriel (flute), Zachary Tan (violin), Eng Tung Hei (viola), Royce Tan (cello), dan Ethan Wan (violin).
Kolaborasi ini menjadi simbol pentingnya ruang kreatif yang inklusif. Para musisi neurodivergent tampil tanpa komunikasi verbal, hanya mengandalkan harmoni instrumen.
Penampilan ini menginspirasi peserta, termasuk para pendidik anak berkebutuhan khusus, tentang potensi seni sebagai alat pembelajaran dan inklusi sosial
Posting Komentar untuk "FSRD ITB Gelar Simposium Nasional Dorong Ruang Kreatif Inklusif untuk Pendidikan Anak"
Posting Komentar