Respon Pemimpin Dunia terhadap Serangan AS pada Iran: Israel Paling Senang, Australia Antara Senang dan Khawatir

PIKIRAN RAKYAT - Serangan militer Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir utama Iran—Fordow, Natanz, dan Isfahan—mengundang gelombang reaksi keras dari berbagai penjuru dunia.

Langkah Presiden Donald Trump tersebut tidak hanya menandai eskalasi tajam dalam ketegangan di Timur Tengah, tetapi juga membelah opini internasional menjadi dua kutub: pihak yang memuji aksi “heroik” AS dan pihak yang mengecam keras sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

Dukung Keras: Israel Jadi Pendukung Paling Vokal

Reaksi paling antusias datang dari Perdana Menteri Israel penjajah, Benjamin Netanyahu. Ia menyambut gempuran udara AS terhadap Iran sebagai "titik balik sejarah."

“Selamat, Presiden Trump. Keputusan berani Anda untuk menargetkan fasilitas nuklir Iran dengan kekuatan Amerika Serikat yang luar biasa dan benar akan mengubah sejarah,” ujarnya dalam pernyataan resmi.

“Sejarah akan mencatat bahwa Presiden Trump bertindak untuk mencegah rezim paling berbahaya di dunia mendapatkan senjata paling berbahaya di dunia," ucap Benjamin Netanyahu menambahkan.

Israel penjajah secara konsisten mengklaim bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman eksistensial, dan tindakan Trump dianggap sebagai validasi atas kekhawatiran Tel Aviv.

Kecaman Paling Galak: Venezuela dan Iran Menyebutnya 'Agresi Terencana'

Sebaliknya, salah satu reaksi paling tajam datang dari Venezuela. Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil tidak hanya mengecam serangan, tetapi menyebutnya sebagai aksi kolaboratif antara AS dan Israel penjajah yang mengancam stabilitas global.

“Republik Bolivarian Venezuela dengan tegas dan kategoris mengutuk pengeboman oleh militer Amerika Serikat, atas permintaan negara Israel, terhadap fasilitas nuklir Iran,” kata Gil di Telegram.

“Kami menuntut penghentian segera permusuhan," ucapnya menambahkan.

Iran sendiri, sebagai pihak yang diserang, mengecam keras pelanggaran terhadap hukum internasional.

“Amerika Serikat telah melakukan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan NPT. Setiap anggota PBB harus khawatir atas tindakan berbahaya dan kriminal ini," tutur Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi

“Sesuai Piagam PBB, Iran mempertahankan semua opsi untuk membela kedaulatan dan rakyatnya," ujarnya menambahkan.

Seruan De-Eskalasi: PBB, Selandia Baru, dan Meksiko Pilih Jalur Damai

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan pernyataan panjang penuh keprihatinan, menyebut serangan sebagai ancaman nyata terhadap perdamaian dunia.

“Saya sangat khawatir atas eskalasi berbahaya ini. Tidak ada solusi militer untuk krisis ini. Satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi. Satu-satunya harapan adalah perdamaian,” tutur Guterres.

“Tindakan militer berkelanjutan di Timur Tengah sangat mengkhawatirkan. Diplomasi akan memberikan solusi yang lebih tahan lama daripada kekerasan," kata Menteri Luar Negeri Winston Peters

Nada serupa diungkapkan oleh Meksiko:

“Kami mendesak dialog diplomatik dan menyerukan pemulihan hidup berdampingan secara damai.”

Australia: Mendua tapi Tetap Khawatir

Juru bicara pemerintah Australia mengambil posisi hati-hati. Di satu sisi, mereka menyatakan keprihatinan terhadap program rudal Iran. Namun, di sisi lain, mereka tetap menyerukan “dialog dan diplomasi.”

“Kami mencatat pernyataan Presiden AS bahwa sekarang adalah waktu untuk perdamaian, dan menyerukan de-eskalasi," katanya.

Amerika Serikat: Dukungan Internal Terpecah

Sementara dunia bersuara, reaksi dalam negeri AS sendiri juga penuh ketegangan. Tokoh-tokoh Republik umumnya memuji keputusan Trump.

“Presiden memberikan Iran setiap kesempatan untuk berdamai. Aksi tegas ini mencegah sponsor terorisme terbesar di dunia memperoleh senjata paling mematikan," ujar Mike Johnson, Ketua DPR AS.

Sementara itu, Senator John Thune justru memberikan dukungannya atas langkah yang diambil Donald Trump.

“Saya berdiri bersama Presiden Trump," ucapnya.

Namun, kubu Demokrat bereaksi sebaliknya. Kritik keras datang dari tokoh-tokoh progresif seperti Alexandria Ocasio-Cortez dan Rashida Tlaib.

“Keputusan bencana presiden untuk membombardir Iran tanpa otorisasi adalah pelanggaran serius terhadap Konstitusi… Ini adalah alasan jelas untuk pemakzulan," tutur AOC.

“Presiden Trump telah memulai babak baru perang tanpa akhir di Timur Tengah. Rakyat Amerika tidak ingin perang abadi lagi," kata Rashida Tlaib, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari CNA .***

Posting Komentar untuk "Respon Pemimpin Dunia terhadap Serangan AS pada Iran: Israel Paling Senang, Australia Antara Senang dan Khawatir"