Pandangan 2 Guru Besar Indonesia Soal Konflik Iran-Israel

menggapaiasa.com , Jakarta - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana berpendapat sebaiknya masyarakat Indonesia mulai menyadari dampak konflik antara Iran dan Israel , yang turut mencakup Amerika Serikat (AS), terhadap ekonomi Indonesia. "Hal itu (konflik antara Iran, Israel, dan AS) akan mempengaruhi sejumlah produk yang kami impor," ujar Hikmahanto saat mengobrol dengan Antara, hari Kamis.

Menurutnya, jika barang-barang yang diimpor Indonesia dari negara-negara lain terpengaruh konflik Iran, Israel dan AS, di mana nantinya akan terjadi pelambatan ekonomi di Indonesia. “Belum lagi kalau misalnya perang meluas, ini juga akan mengganggu rantai pasok berbagai negara,” ujar Hikmahanto, menekankan bahwa hal-hal tersebut harus diwaspadai.

Hikmahanto juga berharap agar warga negara Indonesia tidak sekadar menjadi "penonton" dalam perselisihan antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat, tetapi mulai bisa terlibat dengan menyampaikan pesan damaiku.

Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph.D. (Dok. Sixerhood)

Sekilas sebelumnya, disebutkan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pada pejabat tinggi negaranya bahwa dia sudah setuju dengan skema serangan terhadap Iran, namun hingga saat itu ia belum menerbitkan instruksi akhir atas pemberlakuan tindakan tersebut.

Disebutkan bahwa Trump masih menunggu langkah Iran untuk menghentikan program nuklirnya, dan mengincar fasilitas pengayaan uranium bawah tanah Fordow milik Iran, tetapi untuk menyerangnya, diperlukan senjata paling kuat.

Menurut survei The Washington Post, kira-kira 20% penduduk Amerika Serikat merasa bahwa proyek nuklir Iran merupakan ancaman yang sangat mendesak bagi negara mereka, sedangkan lebih dari setengah responden menilainya sebagai ancaman dengan tingkat keparahan cukup tinggi. Sekitar tiga puluh tiga persennya lagi berpandangan bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan secara signifikan.

Sekitar empat dari 10 warga AS mengatakan mereka sangat khawatir AS akan terlibat dalam perang skala penuh dengan Iran, sementara proporsi yang hampir sama menyatakan sedikit khawatir.

Pendapat Teuku Rezasyah

Profesor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah beranggapan bahwa saat ini sangat sulit untuk membuat konsensus di kalangan negara-negara Kelompok 7 (G7) terkait konflik Iran-Israel. "Saat ini negara-negara G7 sangat sulit membuat konsensus di antara mereka. Terlebih lagi, ketergantungan mereka atas Amerika Serikat mulai berkurang," kata Reza kepada Antara pada Kamis.

G7 adalah kelompok negara-negara maju yang terdiri dari Amerika Serikat, Prancis, Kanada, Inggris, Jerman, Italia, dan Jepang.

Menurut Reza, kesulitan dalam merombak posisi Israel serta pembagian tugas untuk menekan Iran adalah elemen-elemen yang bisa mencegah terwujudnya persetujuan di antara negara-negara G7.

Rezasyah Teuku, Dosen di Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Unpad. Istimewa

Reza menjelaskan bahwa negara G7 memberikan dukungan dalam bentuk apapun kepada Israel, di antaranya pembenaran atas apapun yang Israel lakukan dan dipraktekkan secara konsisten di berbagai forum internasional, termasuk PBB. "Suara mereka umumnya bulat, dan selalu sejalan dengan kebijakan apapun yang Israel lakukan," kata Reza.

Reza menyebut bahwa negara-negara G7 kerap kali memiliki perbedaan pandangan dengan sebagian besar negara lain di dunia, terutama di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun demikian, lanjut dia, kelompok G7 sangat solid, maju dalam hal teknologi dan militer, kaya raya, aktif melakukan investasi di seluruh penjuru dunia, serta mempunyai pengaruh yang signifikan lantaran mengendalikan sumber daya finansial dan informatika global.

Dia menyebutkan bahwa meskipun Israel telah menginjak-injak hak asasi manusia dan bertindak dengan keras terhadap penduduk Palestina, sebagian besar kelompok G7 justru cenderung mendukung Israel. Alasannya adalah karena mereka merasa Israel memiliki hak untuk menjaga kedaulatan negaranya sendiri, demikian dia menjabarkan.

Pada hari Senin, tanggal 16 Juni sebelumnya, para kepala pemerintahan dari grup negara G7 yang berkonferensi di Kanada telah mengulangi tekad mereka dalam mendukung kedamaian serta ketentraman di wilayah Timur Tengah. Mereka menyatakan, “Kami percaya bahwa Israel layak melakukan pertahanan diri.” Para pemimpin tersebut juga memperkuat bantuan kepada keselamatan Israel," ungkap perwakilan dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

Posting Komentar untuk "Pandangan 2 Guru Besar Indonesia Soal Konflik Iran-Israel"