Doktrin Dahiya Israel Hancur, Rakyat Iran Semakin Bersatu

menggapaiasa.com.CO.ID, TEHERAN – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terang-terangan mengakui salah satu tujuan serangan supaya rakyat Iran menumbangkan rezim, sesuai Doktrin Dahiya IDF. Sejauh ini, target itu meleset, warga Iran justru tumpah ruah ke jalan-jalan satu suara menentang Israel.

Aljazirah melaporkan, ratusan ribu orang melakukan protes terhadap Israel di ibu kota Iran, Teheran, setelah salat Jumat, meneriakkan slogan-slogan untuk mendukung para pemimpin mereka, menurut gambar di televisi pemerintah. Beberapa juga meneriakkan penolakan terhadap ancaman intervensi AS di negara mereka.

“Ini adalah hari Jumat dimana solidaritas dan perlawanan bangsa Iran terjadi di seluruh negeri,” kata pembawa berita tersebut. Rekaman menunjukkan pengunjuk rasa di Teheran memegang foto para komandan yang terbunuh sejak serangan Israel pada 13 Juni, sementara yang lain mengibarkan bendera Iran, Palestina dan Hizbullah.

“Saya akan mengorbankan hidup saya untuk pemimpin saya,” demikian bunyi spanduk pengunjuk rasa, merujuk pada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Menurut televisi pemerintah, protes juga terjadi di Tabriz di barat laut Iran dan Shiraz di selatan.

Aljazirah melaporkan, terjadi demonstrasi besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di Teheran dan di kota-kota besar dan kecil di seluruh negeri. Ratusan ribu orang turun ke jalan dan melakukan aksi solidaritas untuk mengungkapkan kemarahan mereka atas serangan Israel, meskipun serangan terus berlanjut.

Para pelayat membawa peti mati seorang anggota Garda Revolusi Iran yang terbunuh dalam serangan Israel, setelah shalat Jumat di kota Hamedan, Iran, Jumat, 20 Juni 2025. - (Maryam Rahmani/ISNA via AP)

Ada pemandangan yang mencolok pada salat Jumat di Universitas Teheran. Orang-orang bersorak sambil mengibarkan bendera Iran, Palestina, dan Hizbullah. Banyak teriakan yang mengatakan bahwa mereka mendukung tindakan pembalasan Iran.

Beberapa orang membawa foto Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang menyerukan solidaritas di antara masyarakat setelah serangan Israel dimulai.

“Sekarang kita melihat orang-orang menjawab panggilan itu. Kita harus ingat bahwa sebagian besar penduduk Teheran telah memutuskan untuk keluar dari kota di tengah serangan tersebut, namun kita masih melihat jumlah yang besar,” tulis koresponden Aljazirah .

Demonstrasi tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Teheran, Shiraz, Tabriz, Isfahan – tetapi juga di kota-kota kecil. Sejak hari pertama serangan ini, terlihat kemarahan yang kuat dari warga biasa terhadap Israel. Kini mereka turun ke jalan untuk mengungkapkan hal itu.

Warga Iran saat protes mengutuk serangan Israel di beberapa kota di Iran, setelah shalat Jumat di Teheran, Iran, Jumat, 20 Juni 2025. - (AP Photo/Vahid Salemi)

Di Isfahan, bekas ibu kota kerajaan Persia, ribuan jamaah shalat Jumat dan aksi protes berikutnya bergabung dalam pemakaman seorang warga Iran yang gugur dalam serangan Israel, menurut klip video yang diposting oleh Tehran Times. Beberapa pria terlihat membawa peti mati berbalut bendera Iran dan foto tentara berseragam.

Di belakang mereka, pria, wanita dan anak-anak mengikuti sambil meneriakkan “Matilah Israel”. Adegan pemakaman serupa juga dilaporkan oleh media Iran di kota suci Qom, selatan Teheran, dan Karaj, pinggiran barat ibu kota.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Fox News bahwa operasi Israel “pasti dapat” mengakibatkan pergantian rezim, karena pemerintahan di Iran “sangat lemah.” Ia menyatakan bahwa “80 persen masyarakat akan mengusir para preman teologis ini.”

Pandangan ini seturut dengan Doktrin Dahiya yang dianut militer Israel. Doktrin yang diprakarsai mantan jenderal IDF Gadi Eizenkot dan mulai dipraktekkan pada 2006 ini menyasar infrastruktur dan warga sipil agar mereka putus asa dan melakukan pemberontakan.

Namun, menurut pakar, serangan-serangan Israel lebih cenderung mengarahkan kemarahan publik terhadap Israel, karena masalah-masalah dalam negeri sempat dikesampingkan sementara warga Iran mencari perlindungan.

Warga Iran saat protes mengutuk serangan Israel di beberapa kota di Iran, setelah shalat Jumat di Teheran, Iran, Jumat, 20 Juni 2025. - (AP Photo/Vahid Salemi)

“Aktivis Iran, orang-orang yang memperjuangkan kebebasan dan keadilan sepanjang hidup mereka, pertama-tama tahu bahwa nilai mereka tidak ada hubungannya dengan orang-orang seperti Netanyahu,” Arash Azizi, pakar Iran yang berbasis di New York City dan penulis buku “What Irans Want,” mengatakan kepada CNN . Mereka mengakui pemerintahan sayap kanan Netanyahu “sama sekali tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka.”

Pada saat krisis nasional, masyarakat lebih cenderung mendukung persatuan, tidak peduli betapa tidak puasnya mereka. Bagi mereka, intervensi asing adalah sebuah garis merah.

"Tidak ada dukungan yang akan mereka berikan terhadap perang Netanyahu terhadap diri mereka sendiri dan masyarakat mereka. Bahkan, mereka kini mengorganisir diri untuk membantu satu sama lain membela negara mereka," kata Azizi, mengacu pada orang-orang Iran yang anti-rezim.

“Gagasan bahwa hal ini akan mengarah pada pemberontakan rakyat yang akan menjatuhkan rezim tidak mempunyai dasar yang nyata.” Bahkan di diaspora, tempat tinggal banyak warga Iran yang anti-rezim, terdapat kemarahan atas tindakan Israel, dan para aktivis menyerukan persatuan dalam menghadapi serangan Israel.

Warga Iran saat protes mengutuk serangan Israel di beberapa kota di Iran, setelah shalat Jumat di Teheran, Iran, Jumat, 20 Juni 2025. - (AP Photo/Vahid Salemi)

Narges Mohammadi, salah satu aktivis hak asasi manusia paling terkemuka di Iran dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2023, yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di penjara di Teheran atas tuduhan yang menurut para pendukungnya merupakan tuduhan bermotif politik, memposting di X: “Masyarakat Sipil Iran Mengatakan Tidak pada Perang!”

Perang antara Israel dan Iran meletus pada 13 Juni, dengan serangan udara Israel yang menargetkan situs nuklir dan militer, jenderal terkemuka, dan ilmuwan nuklir. Setidaknya 657 orang, termasuk 263 warga sipil, gugur di Iran dan lebih dari 2.000 orang terluka, menurut kelompok hak asasi manusia Iran yang berbasis di Washington.

Iran telah membalas dengan menembakkan 450 rudal dan 1.000 drone ke Israel, menurut perkiraan tentara Israel. Sebagian besar telah ditembak jatuh oleh pertahanan udara berlapis Israel, namun setidaknya 24 orang di Israel telah tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Para pelayat membawa peti mati seorang anggota Garda Revolusi Iran yang terbunuh dalam serangan Israel, setelah shalat Jumat di kota Hamedan, Iran, Jumat, 20 Juni 2025. - (Maryam Rahmani/ISNA via AP)

Iran telah lama menyatakan bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai. Namun juga merupakan satu-satunya negara yang tidak memiliki senjata nuklir yang memperkaya uranium hingga 60 persen, sebuah langkah teknis yang singkat untuk mencapai tingkat pengayaan uranium sebesar 90 persen.

Israel secara luas diyakini sebagai satu-satunya negara Timur Tengah yang memiliki program senjata nuklir, namun tidak pernah mengakuinya. Kampanye udara Israel telah menargetkan situs pengayaan Iran di Natanz, bengkel sentrifugal di sekitar Teheran, situs nuklir di Isfahan dan apa yang dinilai militer sebagai sebagian besar peluncur rudal balistik Iran. Penghancuran peluncur tersebut telah berkontribusi pada penurunan serangan Iran sejak awal konflik.

Posting Komentar untuk "Doktrin Dahiya Israel Hancur, Rakyat Iran Semakin Bersatu"