Indonesia Menempati Peringkat 133 Global dalam Indeks Pembangunan Manusia, Dari 193 Negara

Penulis merupakan lulusan FH UNPAR, sebelumnya berpengalaman sebagai praktisi Sumber Daya Manusia, serta pemegang 7 rekord MURI yang meraih gelar akademik dan sertifikasi pendidikan paling banyak di Indonesia.

Dalam laporan Human Development Index (HDI) yang dirilis oleh United Nations Development Programme (UNDP)-PBB tanggal 6 Mei 2025, posisi Indonesia ada di urutan ke-113 dari total 193 negara di seluruh dunia dalam kategori high human development. Indeks HDI Indonesia mencapai angka sebesar 0,728, setara dengan beberapa negara seperti Iran, Gabon, Meksiko, Sri Lanka, serta Tiongkok.

Bagi wilayah ASEAN, posisi kami di belakang Singapura yang berada di peringkat ke-13, Brunei Darussalam dengan peringkat ke-60, Malaysia pada urutan ke-67, Thailand menempati rangking ke-76, serta Vietnam di peringkat ke-93; akan tetapi, unggul atas Filipina yang ada di peringkat ke-117, Timor-Leste pada peringkat ke-142, Myanmar mencapai ranking ke-150, dan juga Kamboja yang menduduki tempat terakhir yaitu peringkat ke-151.

Peringkat lima besar teratas di dunia diraih oleh Islandia (1), Norwegia (2), Swiss (3), Denmark (4), dan Jerman (5); sedangkan kelima posisi terendah jatuh pada Nigeria (189), Chad (190), Republik Afrika Tengah (191), Somalia (192), dan Sudan Selatan (193).

Anggota UNDP menetapkan peringkat tertinggi untuk tahun 2023 berdasarkan beberapa standar termasuk durasi harapan hidup, periode studi formal, serta Pendapatan Nasional Bruto (PNB) yang mencakup seluruh penghasilan yang diraih warganegara suatu negara dari sumber daya dalam dan luar negerinya.

Bagi Indonesia, umur harapan hidup rata-ratanya mencapai 71,1 tahun, durasi pendidikan sebanyak 13,3 tahun, serta Produk Nasional Bruto (PNB) senilai US$ 13.700.

Teknologi AI

Laporan Pembangunan UNDP tahun 2025 berjudul "Sebuah Masalah Pilihan: Manusia dan Peluang pada Zaman Kecerdasan Buatan," menyoroti bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) sudah semakin maju pesat. Di dunia yang dipengaruhi oleh AI terdapat banyak sekali pilihan dalam hal pelaksanaannya, khususnya mengenai persoalan-persoalan pembangunan manusia serta bagaimana cara meningkatkannya.

Di masa mendatang, pengembangan manusia tidak lagi tergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh AI – bukan pada betapa miripnya AI dengan manusia – melainkan pada upaya menggerakkan imajinasi masyarakat dalam merombak ekonomi dan kehidupan sosial sehingga bisa dioptimalkan pemakaian dari teknologi tersebut.

Laporan Pengembangan Manusia tahun ini mengajukan pertanyaan tentang langkah-langkah apa saja yang bisa dipilih agar jalan menuju pengembangan baru dapat diraih oleh setiap negara? Ini bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat memiliki peluang dalam menghadapi era kecerdasan buatan global.

Sebaliknya, pertumbuhan dalam pembangunan manusia menunjukkan penundaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Berdasarkan laporan terbaru dari UNDP, ini mencerminkan cara di mana Artificial Intelligence bisa meremajakan semangat untuk melakukan pembangunan.

Sebagai gantinya dari mengevaluasi pemulihan kontinyu pasca masa krisis tak tertandingi pada 2020-2021, laporan UNDP menyebutkan perkembangan yang amat lamban. Selain itu, ada lajuperlambatan pengembangan dunia secara global yang mencemaskan, serta adanya jurang yang lebih luas di antara negara-negara makmur dan kurang mampu, untuk tahun kelima berturut-turut disparitas antar negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah dibanding IPM sangat tinggi terus melebarkan sayapnya. Ini seolah membatalkan tren jangka panjang yang sebelumnya menunjukkan penyempitan perbedaan dalam hal pembagian pendapatan antara negara maju dan berkembang.

Tantangan pengembangan di negara-negara dengan Indeks Pembanguman Manusia (HDI) paling rendah sungguh besar, dipicu oleh peningkatan tensi dagang internasional, pelemahan situasi hutang dunia, serta pertumbuhan industri yang tidak disertai penciptaan lapangan kerja. Oleh karena itu, menghadapi kebingungan global saat ini, dibutuhkan upaya cepat untuk menemukan metode alternatif guna mendukung kemajuan tersebut, sambil tetap menjaga irama perkembangan teknologi canggih seperti Artificial Intelligence (AI).

Dengan menerapkan kebijakan yang sesuai dan menekankan peran manusia, teknologi AI bisa menjadi sarana vital untuk mencapai ilmu pengetahuan, kemampuan baru, serta konsep-konsep segar yang nantinya akan memperkuat setiap individu dalam berbagai jenis pekerjaan di seluruh planet ini. ***

Disclaimer: Kolom adalah komitmen Pikiran Rakyat menyampaikan pandangan mengenai berbagai topik. Esai ini tidak merupakan hasil jurnalisme, tetapi pendapat pribadinya sang penulis.

Posting Komentar untuk "Indonesia Menempati Peringkat 133 Global dalam Indeks Pembangunan Manusia, Dari 193 Negara"