Megawati Serukan KAA Edisi Kedua: Sejarawan UGM Nyatakan KAA Tetap relevan Lawan Tantangan Dunia

menggapaiasa.com - Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Wildan Sena Utama, menyatakan bahwa Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang diprakarsai oleh Presiden Soekarno dahulu masih sangat aktual dan penting pada masa kini. Hal ini terkhusus untuk merespons beragam tantangan, seperti pengaruh keputusan AS terhadap beberapa negara di wilayah Asia-Afrika tersebut.
Itu dikemukakan oleh Wildan saat berdiskusi pada rapat kerja Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDIP) memperingati ulangtahun ke-70 Konferensi Asia Afrika di kantor pusat partainya di Jakarta, Sabtu (26/4). Menurut Wildan, Indonesia, sebagaimana negara pelopor semangat KAA, memiliki kesempatan besar untuk ambil bagian aktif dan mendayagunakan posisinya guna menentukan arah kebijakan-kebijakan internasional tersebut.
"Sebab Konferensi Bandung merupakan titik penting dimana visi Soekarno mengenai pembangunan dunia baru terwujud lewat lahirnya Asia dan Afrika yang baru," ungkap Wildan.
Wildan juga mengecam sikap pemerintah Indonesia sekarang yang enggan ambil langkah atas keputusan-keputusan yang merugikan bagi bangsa di benua Asia dan Afrika. Ia menjelaskan bahwa “pemrakarsa dari gagasan tersebut, yakni pemerintahan Indonesia 70 tahun silam, sepertinya tidak lagi berinisiatif untuk memperbarui relevansi Warisan Konferensi Asia-Afrika dengan situasi politik global masa kini.”
Maka dari itu, menurutnya, para kader PDIP memiliki tugas intelektual dan politik yang harus dijalankan dengan terlibat. Bukan hanya dalam hal-hal nasional, namun juga ikut serta dalam perkara-perkara global," ungkapnya.
Pada saat yang sama, Direktur Eksekutif ASEAN Institute for Peace and Reconciliation I Gusti Wesaka Puja menyatakan signifikansinya belajar dari Konferensi Asia-Afrika 1955 guna merespons berbagai tantangan global saat ini. Dulu, Konferensi tersebut bertindak sebagai wadah untuk memperkuat persaudaraan antara negara-negara di benua Asia dan Afrika.
" Lesson learned Yang dapat kita petik dari konferensi tahun 1955 adalah bahwa masalah etnisitas, perbedaan warna kulit serta agama menjadi pembahasan utama walaupun sebenarnya aspek keagamaan kurang mencolok. Lebih dominannya diskusi mengenai ideologi nasionalisme,” jelasku.
Ketua Umum PDIP sekaligus mantan Presiden Megawati Soekarnoputri menyarankan kepada para pemimpin daerah untuk mempertimbangkan diadakannya kembali Konferensi Asia Afrika (KAA). Saran ini diberikan oleh Ahmadi Basarah dari Departemen Luar Negeri DPP PDIP pada pembukaan diskusi tersebut.
Posting Komentar untuk "Megawati Serukan KAA Edisi Kedua: Sejarawan UGM Nyatakan KAA Tetap relevan Lawan Tantangan Dunia"
Posting Komentar